SIMALUNGUN | BERITA A1
Satu Keluarga di Huta I, Nagori Pematang Gajing, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, hidup di rumah sangat sederhana. Meski baru menempati rumah tersebut setengah tahun terakhir, Ponidi bersama istri dan kedua anaknya harus tinggal berdesakan mengingat rumah yang mereka tempati sangar sederhana dan sempit.
Saat awak media mendatangi kediaman Ponidi (54) terlihat rumah berukuran 4X5 itu tidak memiliki kamar. Hanya satu ruangan yang mereka fungsikan untuk kebutuhan mereka. Berdinding triplek bekas dan spanduk serta tenda biru, Ponidi harus berbagi tempat dengan para anggota keluarga. Atap seng terlihat ada kebocoran pada beberapa bagian serta tak ada kamar mandi dalam ruangan tersebut.
Terlihat lantai juga masih tanah yang sudah mengeras dalam ruangan itu hanya ada 1 tempat tidur dan beberapa perabotan yang sudah usang.
Menurut Sudiah (53) istri Ponidi, bila hujan turun air akan masuk ke dalam rumah.”Kalau hujan pada bocor, kalau angin kencang juga anginnya masuk karena ada dinding yang bolong,” ucapnya seraya menunjuk beberapa bagian yang memang terlihat bolong.
Sudiah bercerita bahwa suaminya hanya seorang buruh bangunan yang gajinya masih jauh dari kata cukup. Sementara ia harus menghidupi kedua anaknya. “Kalau kami sudah terbiasa hidup susah Bang. Cuma terkadang kasihan saja sama anakku. Kalau malam kedinginan karena rumah kami begini,” ceritanya lagi.
Terkait bantuan dari pemerintah, ia sendiri mengaku menerima bantuan dari pemerintah hanya saja, uang yang ia terima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kalau bantuan dapat, Alhamdulillah. Cukup untuk tambahan biaya makan saja,” katanya.
Ia sendiri hanya menggantungkan kehidupannya pada penghasilan sang suami. Untuk itu ia harus berupaya sebaik mungkin untuk mengatur keuangan keluarga. “Cuma bapak (Suaminya, red) yang kerja, kalau aku mocok-mocok kalau ada kerjaan,” tambahnya.
Kondisi serupa juga dirasakan Suhendri (37) yang merupakan tetangga sebelah rumah Ponidi. Suhendri juga bekerja sebagai buruh bangunan dan ia juga hidup di rumah sederhana dengan istri dan seorang anaknya. Suhendri sudah bertahun-tahun menempati rumah berdinding ayaman tepas dan berlantai tanah. Terlihat, dinding rumah juga sudah keropos akibat dimakan usia.
Di rumah berukuran 9×4 itu, Suhendri bersama istri dan seorang anaknya hidup. Dengan penghasilannya yang tak seberapa membuat ia tak bisa merenovasi rumahnya agar lebih layak. Mirisnya, selama ini Suhendri tak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah pusat maupun pemerintah nagori.
“Kemarin sudah diusulkan warga supaya keluarga Hendri (Suhendri, red) ini dapat bantuan. Tapi sampai sekarang belum juga menerima,” kata warga yang ditemui di sekitar kediaman Suhendri.
Anggota Komisi I, DPRD Kabupaten Simalungun, Irwansyah Purba, yang menerima laporan dari warga atas adanya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan. Langsung mendatangi kediaman Ponidi. “Tadi ada warga yang melapor ke saya, makanya saya datang ke sini untuk melihat langsung seperti apa kondisinya. Tetapi saya terkejut juga karena bukan hanya kediaman pak Ponidi yang memprihatinkan, tetapi kediaman pak Hendri juga tak jauh berbeda. Bahkan, setelah kita tanyai ternyata Suhendri ini tak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah,” katanya, Minggu (03/12/2023) siang.
Ia berharap pemerintah nagori dapat membantu dua keluarga ini untuk mendapatkan bantuan. “Ada program bedah rumah dari pemerintah Kabupaten Simalungun, sebaiknya pangulu laporkan keadaan rumah Pak Ponidi ini ke Dinas PUPR dan soal bantuan Bapak Suhendri sebaiknya masukkan ke BLT Dana Desa atau dimasukkan ke dalam Program BST dari pemerintah pusat. Di sini ini peran pemerintah desa sangat diperlukan,” katanya usai memberikan bantuan sembako kepada keluarga Ponidi.
Menanggapi hal tersebut, Amry Saragih, Pangulu Pematang Gajing yang dihubungi via selularnya mengatakan beberapa waktu yang lalu Pemerintah Kabupaten Simalungun sudah melakukan pendataan untuk program bedah rumah. Hanya saja, ia tidak tahu pasti apakah rumah Ponidi masuk daftar atau tidak. “Kemarin Gamot yang ikut mendampingi pihak dari Dinas. Tapi apakah rumah Bapak Ponidi ini masuk atau tidak belum saya pastikan. Untuk keluarga Suhendri, dalam waktu dekat saya akan pastikan hal itu,” katanya melalui sambungan telepon. (DN)